Rabu, 16 Juni 2010
[ Rabu, 16 Juni 2010 ]
Roy Suryo Pastikan Rekaman Video Tanpa Rekayasa
Penelitian Saksi Ahli
JAKARTA - Ariel dan Luna Maya terus mencari simpati. Keduanya sudah merinci media mana saja yang tepat untuk menerima "curhat" mereka. Itu dilakukan demi mengimbangi opini yang telanjur beredar di masyarakat terkait dengan video porno yang menampilkan sosok mirip mereka.
O.C. Kaligis, pengacara Ariel dan Luna, menyatakan bahwa keduanya memang berinisiatif untuk berbicara lewat media. Meski begitu, mereka memilih media tertentu, khususnya media konsentrasi berita, dan dipastikan bukan infotainment. Sebab, hubungan Luna dengan pekerja infotainment memang dikenal tidak harmonis. "Dia (Luna) bilang mau ngomong di CNN," ujarnya saat ditemui di pengadilan tipikor kemarin (15/6).
Setelah wawancara khusus dengan TVOne pada Senin (14/6), Luna dan Ariel kemarin dijadwalkan menjalani wawancara live dengan MetroTV. Lokasi yang dipilih adalah di Jalan Alam Elok VIII, Pondok Indah, markas manajemen Luna yang dipimpin Vitalia Ramona.
Sampai sekitar pukul 15.00, tanda-tanda akan dilakukan wawancara masih terlihat. Sebuah kendaraan berlogo MetroTV untuk melakukan siaran langsung sudah bersiap. Puluhan wartawan dari berbagai media yang berkumpul di sekitar lokasi juga siap untuk turut memberikan reportase.
Rupanya, kehadiran media lain di luar MetroTV membuat Luna enggan melakukan wawancara. Sebuah mobil Alphard hitam bernopol B 1 ZSI yang biasa dipakai Luna, termasuk saat bersama Ariel untuk memenuhi panggilan Mabes Polri pada Jumat (11/6), hanya melintas. Kemudian mobil itu dengan cepat pergi meninggalkan lokasi. Kaca hitam mobil tersebut menyembunyikan identitas penumpangnya. Wawancara dengan televisi batal dilakukan karena terlalu banyak media lain di luar.
Sementara itu, pakar telematika Roy Suryo merilis penemuan baru berdasar penelusuran terhadap video porno tersebut. Menurut dia, video yang menampilkan hubungan badan mirip Ariel dan Luna direkam pada 2006, sedangkan yang mirip Ariel dan Cut Tary direkam pada 2007. "Yang pertama (Ariel dan Luna Maya), empat tahun lalu. Video kedua (Cut Tary), tiga tahun lalu," ujar Roy saat ditemui di Mabes Polri kemarin.
Dalam video tersebut, kata Roy, ada beberapa sekuen. Yang pertama ada lima sekuen, sedangkan yang kedua 14 sekuen. "Tapi, itu tidak memengaruhi continuity atau keutuhan gambar. Semuanya tidak ada dubbing dan inserting," kata Roy yang saat ini ditunjuk pihak berwajib sebagai saksi ahli terkait dengan perkara itu.
Roy menambahkan, pada video pertama digunakan dua ponsel dual camera dengan menghadap langsung ke orangnya. Sedangkan yang kedua dipastikan menggunakan ponsel jenis komunikator. "Intinya, saya bisa pastikan bahwa rekamannya itu benar tanpa rekayasa. Ini langkah yang mudah buat polisi untuk menguji fisik. Kesimpulan akhirnya tetap di polisi," terang Roy.
Yang pasti, video itu bukan rekayasa. "Video itu asli. Maksudnya, dilihat dari sisi videonya, tidak ada penambahan seperti modifikasi atau dubbing," kata alumni Fisipol UGM itu.
Roy merasa tidak berhak untuk menguji kebenaran wajah pelaku sehingga tidak bisa mengatakan apakah itu benar Ariel, Luna, atau Cut Tary. "Saya menyarankan agar mereka dimintai keterangan dan diuji fisiknya. Kita contoh kasus Maria Eva dengan Yahya Zaini. Saat itu dia mengaku bahwa itu dirinya dan kasusnya selesai," pintanya.
Soal video syur itu, Ariel, Luna, dan Cut Tary belum tentu lolos dari jerat hukum. Meski mengaku sebagai korban, mereka bisa diancam pidana. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memastikan, jika bukti penyidik sudah lengkap, ketiganya akan dikenai tindakan hukum.
"Kita lihat nanti dari aspek normatif. Di UU ITE terpenuhi atau nggak. Dari UU Pornografi terpenuhi atau nggak. Kalau unsur-unsur di dua UU itu terpenuhi, kami lakukan penegakan hukum ," ujar Kapolri setelah menghadiri acara purnawirawan Polri kemarin (15/6). (gen/rdl/c13/ayi)
JAKARTA - Ariel dan Luna Maya terus mencari simpati. Keduanya sudah merinci media mana saja yang tepat untuk menerima "curhat" mereka. Itu dilakukan demi mengimbangi opini yang telanjur beredar di masyarakat terkait dengan video porno yang menampilkan sosok mirip mereka.
O.C. Kaligis, pengacara Ariel dan Luna, menyatakan bahwa keduanya memang berinisiatif untuk berbicara lewat media. Meski begitu, mereka memilih media tertentu, khususnya media konsentrasi berita, dan dipastikan bukan infotainment. Sebab, hubungan Luna dengan pekerja infotainment memang dikenal tidak harmonis. "Dia (Luna) bilang mau ngomong di CNN," ujarnya saat ditemui di pengadilan tipikor kemarin (15/6).
Setelah wawancara khusus dengan TVOne pada Senin (14/6), Luna dan Ariel kemarin dijadwalkan menjalani wawancara live dengan MetroTV. Lokasi yang dipilih adalah di Jalan Alam Elok VIII, Pondok Indah, markas manajemen Luna yang dipimpin Vitalia Ramona.
Sampai sekitar pukul 15.00, tanda-tanda akan dilakukan wawancara masih terlihat. Sebuah kendaraan berlogo MetroTV untuk melakukan siaran langsung sudah bersiap. Puluhan wartawan dari berbagai media yang berkumpul di sekitar lokasi juga siap untuk turut memberikan reportase.
Rupanya, kehadiran media lain di luar MetroTV membuat Luna enggan melakukan wawancara. Sebuah mobil Alphard hitam bernopol B 1 ZSI yang biasa dipakai Luna, termasuk saat bersama Ariel untuk memenuhi panggilan Mabes Polri pada Jumat (11/6), hanya melintas. Kemudian mobil itu dengan cepat pergi meninggalkan lokasi. Kaca hitam mobil tersebut menyembunyikan identitas penumpangnya. Wawancara dengan televisi batal dilakukan karena terlalu banyak media lain di luar.
Sementara itu, pakar telematika Roy Suryo merilis penemuan baru berdasar penelusuran terhadap video porno tersebut. Menurut dia, video yang menampilkan hubungan badan mirip Ariel dan Luna direkam pada 2006, sedangkan yang mirip Ariel dan Cut Tary direkam pada 2007. "Yang pertama (Ariel dan Luna Maya), empat tahun lalu. Video kedua (Cut Tary), tiga tahun lalu," ujar Roy saat ditemui di Mabes Polri kemarin.
Dalam video tersebut, kata Roy, ada beberapa sekuen. Yang pertama ada lima sekuen, sedangkan yang kedua 14 sekuen. "Tapi, itu tidak memengaruhi continuity atau keutuhan gambar. Semuanya tidak ada dubbing dan inserting," kata Roy yang saat ini ditunjuk pihak berwajib sebagai saksi ahli terkait dengan perkara itu.
Roy menambahkan, pada video pertama digunakan dua ponsel dual camera dengan menghadap langsung ke orangnya. Sedangkan yang kedua dipastikan menggunakan ponsel jenis komunikator. "Intinya, saya bisa pastikan bahwa rekamannya itu benar tanpa rekayasa. Ini langkah yang mudah buat polisi untuk menguji fisik. Kesimpulan akhirnya tetap di polisi," terang Roy.
Yang pasti, video itu bukan rekayasa. "Video itu asli. Maksudnya, dilihat dari sisi videonya, tidak ada penambahan seperti modifikasi atau dubbing," kata alumni Fisipol UGM itu.
Roy merasa tidak berhak untuk menguji kebenaran wajah pelaku sehingga tidak bisa mengatakan apakah itu benar Ariel, Luna, atau Cut Tary. "Saya menyarankan agar mereka dimintai keterangan dan diuji fisiknya. Kita contoh kasus Maria Eva dengan Yahya Zaini. Saat itu dia mengaku bahwa itu dirinya dan kasusnya selesai," pintanya.
Soal video syur itu, Ariel, Luna, dan Cut Tary belum tentu lolos dari jerat hukum. Meski mengaku sebagai korban, mereka bisa diancam pidana. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memastikan, jika bukti penyidik sudah lengkap, ketiganya akan dikenai tindakan hukum.
"Kita lihat nanti dari aspek normatif. Di UU ITE terpenuhi atau nggak. Dari UU Pornografi terpenuhi atau nggak. Kalau unsur-unsur di dua UU itu terpenuhi, kami lakukan penegakan hukum ," ujar Kapolri setelah menghadiri acara purnawirawan Polri kemarin (15/6). (gen/rdl/c13/ayi)
HALAMAN KEMARIN
- Cut Tary Penuhi Panggilan Bareskrim Mabes Polri
- Luna Maya Mengundurkan Diri Ikon Utama Lux
- Gantungkan Karir Ingin Lebih Dekat dengan Anak
- Tiara Lestari Stop Berpose Vulgar
- Vicky Nitinegoro Coba Kemampuan di Dunia Bisnis
- Luna Tak Lagi Malu-malu Muncul di Hadapan Publik
- Ariel, Luna, dan Cut Tari Berjanji Kooperatif selama Pemeriksaan
- Choky Sitohang Akan Menikahi Melissa Aryani pada 18 Juni
- Ariel-Luna Penuhi Panggilan Polisi
- Ariel Dilaporkan Rusak Kamera Wartawan
